
www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id. SURABAYA—Universitas Negeri Surabaya (Unesa) melalui Direktorat Pencegahan dan Penanggulangan Isu Strategis (PPIS) menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertema "Menciptakan Budaya dan Lingkungan Kerja yang Sehat, Kondusif, dan Tanpa Kekerasan" pada Senin—Selasa, 30 Juni – 1 Juli 2025.
Kegiatan yang berlangsung di Auditorium Utama (Auditum) Rektorat Unesa Kampus II Lidah Wetan ini diikuti 122 peserta tenaga kependidikan (tendik) dari berbagai unit kerja di lingkungan kampus ‘Rumah Para Juara.’
Direktur PPIS, Mutimmatul Faidah menjelaskan bahwa FGD ini merupakan program rutin tahunan yang sangat strategis bagi pengembangan kualitas lingkungan kerja dan kampus.
"Di forum ini kami ingin menggali berbagai permasalahan di lapangan, lalu bersama-sama merumuskan strategi pemecahan yang tepat," ujar guru besar Unesa itu.

www.unesa.ac.id
Ia menegaskan pentingnya menciptakan kondisi kerja yang kondusif bagi seluruh tenaga kependidikan.
"Keberhasilan kampus sangat ditopang oleh kinerja tenaga kependidikan yang andal. Oleh karena itu, mereka harus bekerja dalam lingkungan yang aman dan nyaman," tambahnya.
FGD dilaksanakan dalam tiga batch terpisah untuk mengakomodasi seluruh peserta. Batch pertama menghadirkan kepala kantor dan kepala seksi pada Senin pagi (08.30-11.00 WIB).
Batch kedua diperuntukkan bagi tenaga kependidikan kampus Lidah Wetan pada Senin siang (13.00-15.00 WIB). Sementara batch ketiga untuk tenaga kependidikan kampus Ketintang berlangsung pada Selasa pagi (08.30-11.00 WIB).

www.unesa.ac.id
FGD dipandu Putri Aisyiyah Rachma Dewi selaku Kepala Seksi Intervensi dan Prevensi. Dalam sesi ini, peserta dibagi menjadi delapan kelompok dengan anggota 7-10 orang per kelompok.
Setiap kelompok mendapat studi kasus berbeda yang relevan dengan kondisi di lapangan, seperti masalah pinjaman online, beban kerja berlebihan, kekerasan psikis antar rekan kerja, hingga hambatan komunikasi tim.
Seperti kelompok 4 yang dipimpin Sukat misalnya, mengangkat isu beban kerja berlebihan. Menurutnya, faktor utamanya adalah pembagian tugas yang tidak seimbang dan kekurangan tenaga kerja.
“Solusinya, perlu membangun komunikasi yang baik, menyesuaikan kompensasi dengan beban kerja, menambah tenaga kompeten, dan memperbaiki sistem," paparnya.

www.unesa.ac.id
Kelompok 1 membahas masalah komunikasi tim yang macet akibat prasangka antar anggota. Mereka mengidentifikasi penyebab utama berupa ketidakjelasan pembagian tugas dan kurangnya koordinasi.
"Dampaknya adalah saling lempar tanggung jawab dan ketidaknyamanan kerja. Strateginya harus memperkuat komunikasi dan evaluasi dua arah" ungkap perwakilan kelompok.
Acara ini diperkaya dengan penyampaian materi "Membangun Budaya Organisasi Sehat dan Anti Kekerasan" oleh Iman Pasu Purba, Kasubdit PPKIS; dan Wiryo Nuryono Kasubdit Mitigasi Crisis Center. Materi yang disampaikan mencakup pentingnya menciptakan lingkungan kerja bebas intimidasi, pelecehan, dan diskriminasi.
Para narasumber menekankan perlunya sistem komunikasi efektif, penerapan nilai-nilai organisasi positif, dan mekanisme penanganan konflik yang konstruktif. PPIS memberikan panduan praktis tentang indikator budaya organisasi sehat dan langkah-langkah preventif mencegah kekerasan di tempat kerja. []
***
Reporter: Jessy Nora Sandy (FBS)
Editor: @zam*
Foto: Tim Humas Unesa
Share It On: