
Koorprodi dan segenap dosen selingkup Sastra Indonesia Unesa bersama penulis karya, dan narasumber.
Unesa.ac.id., SURABAYA—Mahasiswa Prodi S-1 Sastra Indonesia angkatan 2023 Fakutlas Bahasa dan Seni (FBS), Universitas Negeri Surabaya (Unesa) gelar Screening Film Ekranisasi (Screfile) di Gedung Pertunjukan Graha Sawunggaling, Unesa Kampus 2 Lidah Wetan, pada Jumat, 30 Mei 2025.
Penayangan film hasil alih wahana dari ketiga karya Royyan Julian ini bertajuk “Tanah Lara” dari novel “Tiang Garam”, serta “Pendosa yang Saleh” dan “Rumah Jadah” yang diadaptasi dari novela berjudul sama. Screfile dihadiri 400 lebih peserta yang datang menonton.
Rina Syahrina, selaku ketua pelaksana Screfile menjelaskan bahwa, tema ‘Representasi dan Resistensi Luka Sosial dalam Ekranisasi’ digagas sebagai cerminan dari ketiga isu yang diangkat dalam film, dengan penyimpangan seksual dan pedofilia dalam ‘Pendosa yang Saleh’.
Lalu, perebutan tanah warisan dan harga diri dalam ‘Tanah Lara’, dan rivalitas kampanye hitam dalam ‘Rumah Jadah.’
Setelah penayangan film, kegiatan dilanjutkan dengan Sarasehan yang diisi oleh empat panelis. Pertama, Arif Hidajad selaku panelis dari Prodi S-1 Sendratasik, soroti laku akting, musik, tangga dramatik, dan dramaturgi.
Kedua, Royyan Julian, selaku sastrawan Madura—penulis karya, menanggapi korelasi antara ketiga film dengan karyanya. Menurutnya, pembonsaian novel yang dialih wahanakan menjadi film pendek telah berhasil digarap dengan menyuguhkan adegan dan argumen inti dari karya aslinya.
“Meskipun dari segi konflik belum terlalu dieksplorasi (Pendosa yang Saleh) dan motif tokoh yang masih buram (Rumah Jadah), tetapi transformasi budaya Madura menjadi budaya Jawa (Tanah Lara) patut diapresiasi,” ucapnya.

www.unesa.ac.id
Lebih lanjut, Lutfi Saksono, selaku panelis dari Sastra Jerman Unesa, kupas eksplorasi konflik keresahan kolektif, serta diskusi moral dan kontradiksi. Terakhir, Shofani Azhari selaku panelis dari DKV Unesa soroti metafora dalam sinematografi.
Menanggapi ulasan tersebut, Ririe Rengganis, dosen pengampu MK Ekranisasi mengatakan bahwa ketiga film tersebut patut diapresiasi, meski itu lahir dari tangan-tangan yang memulainya dari nol.
“Sebagai pemula yang belajar dari nol, meski belum sepenuhnya sempurna, tetapi ketiga film dinilai telah cukup bagus diselesaikan selama produksi yang terhitung 3 bulan saja,” ucapnya.
Ia menghargai proses pengalaman pertama, kolaborasi mahasiswa dalam tim, riset yang tidak sekadar dalam karya tetapi juga budaya dan masyarakat yang dilakukan.
Dia berharap, teruntuk angkatan selanjutnya akan sangat terbuka proyek ekranisasi karya sastra sastrawan Indonesia tidak hanya prosa, tetapi juga puisi yang mengusung lokalitasnya masing-masing.
Korprodi S-1 Sastra Indonesia yang diwakili oleh Pendamping Kemahasiswaan, Moh. Arif Susanto mengatakan, ketiga karya film yang dihasilkan telah memenuhi kualifikasi dari pembelajaran pengajaran afektif level A5, pengetahuan level C6, dan keterampilan level P5.
Dengan adanya produksi film, mahasiswa sastra tidak hanya berproses dalam bidang ilmunya, tetapi juga membuka kolaborasi di bidang sendratasik dan desain komunikasi visual sebagai ilmu pendukung. Sebagai bentuk dukungan, prodi siap mendanai HAKI sejumlah 6, untuk 3 film dan 3 naskah. []
***
Reporter: Tarisa Adistia (FBS)
Editor: @zam*
Foto: Tim Humas Unesa
Share It On: