
www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id. SURABAYA—Kegagalan di awal langkahnya tak lantas mematahkan semangat Ayunda Mahdalena Putri. Justru dari titik itulah, perjuangan luar biasa itu dimulai. Dulu ia sempat tidak lolos jalur SNMPTN, kini ia berhasil sebagai lulusan terbaik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol), Universitas Negeri Surabaya (Unesa).
Perempuan yang lulus dengan IPK nyaris sempurna; 3,95 itu, menceritakan perjuangannya usai menjalani wisuda ke-114 Unesa di Graha Unesa, Kampus 2 Lidah Wetan, pada Rabu, 2 Juli 2025.
Ia menjelaskan bahwa perjuanganya tak lepas dari motivasinya yang ingin membahagiakan kedua orang tuanya. Ketika duduk di bangku kelas tiga SMA, ayahnya jatuh sakit dan tak lagi bisa bekerja, sementara ibunya sebagai ibu rumah tangga.
Di tengah kondisi itu, sang kakak menjadi tulang punggung keluarga. Ayunda sadar, ia tak bisa selamanya bergantung. “Saya harus bangkit, dan berdiri di atas kaki sendiri,” ucap perempuan kelahiran Bojonegoro, 19 Mei 2003 itu.
Ia tidak hanya ingin bisa kuliah di PTN, tetapi juga mengejar beasiswa. Segala persyaratan dipersiapkan sampai akhirnya bisa mendapatkan beasiswa penuh. Di bangku kuliah, ia menjadikan setiap kesempatan sebagai ruang belajar, dan memperbanyak pengalaman untuk terus tumbuh.
Aktif Mengembangkan Kapasitas Diri
Ia aktif di kelas perkuliahan dan aktif di berbagai organisasi internal maupun eksternal. Berpartisipasi di banyak kegiatan penting membuatnya belajar mengatur waktu dan menerapkan manajemen prioritas.
Sempat ada momen Ayunda mencalonkan diri sebagai wakil ketua Himpunan Mahasiswa Prodi PPKn. Saat itu, ia harus menjalani debat pemira dan kampanye di sore hingga malam hari, sementara pagi hingga siang harus fokus menyelesaikan ujian akhir semester.
“Saya sempat nggak tidur tiga hari berturut-turut. Bahkan sempat kena tipes. Tetapi ternyata semua kelelahan itu nggak sia-sia. Saya terpilih sebagai wakil ketua, dan nilai ujiannya tetap terjaga,” ucapnya.
Selama kuliah, Ayunda mengantongi prestasi akademik yang mentereng, ia pernah menjuarai Lomba Pidato Civic Education Fair Tahun 2021 dan Lomba Orasi Tahun 2022. Di balik semua pencapaiannya, Ayunda percaya, keberhasilan bukan semata soal hasil, tapi juga tentang proses yang dijalani dengan konsisten dan sepenuh hati.
Teliti Dampak Kecanduan Game Online
Sebagai tugas akhir, Ayunda menyusun skripsi berjudul ‘Minimnya Minat Anak-anak terhadap Permainan Tradisional Akibat Kecanduan Game Online.’
Penelitiannya dilakukan di Kelurahan Simokerto, Surabaya, khususnya di Kampoeng Dolanan—kampung tematik yang rutin menghidupkan permainan tradisional seperti egrang, congklak, petak umpet, hingga holahop.
Melalui skripsinya itu, ia menyoroti bentuk dukungan orang tua berdasarkan teori dukungan sosial dari James S. House. Hasilnya, ada empat bentuk utama: emosional, instrumental, informasional, dan penghargaan.
Dukungan itu terbukti berperan penting dalam membangkitkan semangat anak-anak untuk bermain permainan tradisional dan lepas dari kecanduan gawai. “Anak-anak butuh dorongan dari lingkungan terdekatnya, terutama orang tua. Kalau mereka terlibat, anak-anak akan lebih semangat dan pelan-pelan bisa lepas dari ketergantungan layar,” jelasnya. []
***
Reporter: Sindy Riska Fadillah (Fisipol)
Editor: Basyir Aidy, dan @zam*
Foto: Dokumentasi Ayunda
Share It On: