
www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id. SURABAYA—Mendunianya tradisi Pacu Jalur dengan tren "aura farming" yang menampilkan tarian energik penari (anak) di ujung perahu menjadi momentum penting untuk semakin memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia ke dunia internasional. Selain itu, juga menjadi potensi wisata budaya yang bisa dikembangkan.
Trisakti, Ketua Pusat Unggulan Iptek (PUI) Seni Budaya Universitas Negeri Surabaya (Unesa) menuturkan, mendunianya tarian energik Pacu Jalur menjadi kebanggaan bagi masyarakat Indonesia.
Menurutnya, viralnya tradisi Kuantan Singingi, Riau itu bisa bermakna beberapa hal. Pertama, tentu membuat tradisi pacu jalur menjadi sorotan masyarakat dunia. Hal ini menunjukkan bahwa budaya lokal memiliki daya tarik yang tinggi di tengah arus digital.
Fenomena ini membuktikan bahwa kearifan lokal mampu menembus panggung global melalui pemanfaatan media digital. “Ini menjadi momentum penting untuk semakin memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia ke dunia internasional,” ucapnya.
Kedua, fenomena ini bisa menjadi peluang untuk membawa tradisi dan kekayaan budaya yang ada di berbagai daerah ke pentas atau panggung yang lebih luas. Ada ribuan tarian tradisional yang tersebar di berbagai wilayah atau daerah dengan keunikan dan daya tariknya masing-masing.
Data tahun 2022 saja, ada sekitar 671 tari tradisional yang tercatat, dari jumlah itu ada sekitar seratus lebih yang ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda, dan beberapa di antaranya juga masuk daftar Intangible Cultural Heritage, UNESCO.
“Kekayaan budaya ini kan tidak hanya dicatat, tetapi dikenalkan dan diwariskan secara masif kepada generasi bangsa, sehingga anak-anak bangsa mengetahui, memahami, dan juga cinta sekaligus bangga akan tradisinya,” tambah dosen Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) itu.
Viralnya ‘aura farming’ bisa dimaknai sebagai geliat untuk terus mewariskan dan membumikan tradisi dan budaya dengan nilai yang terkandung di dalamnya, sehingga corak dan spirit budaya lokal mewarnai laman media sosial. Tentu, perlu upaya bersama, strategi dan racikan konten yang tepat.
Ketiga, setelah viral lalu apa? Viralitas media sosial memang sementara, dan akan tergantikan dengan tren baru berikutnya. Karena itu, momentum ini harus benar-benar dimanfaatkan untuk mengembangkan potensi wisata budaya daerah setempat. Komitmen dan keterlibatan pemerintah pusat dan daerah serta berbagai pihak terkait menjadi kunci utama.
Potensi wisata budaya perlu dikembangkan sedemikian rupa, perlu dipikirkan semua aspek sehingga pengunjung bisa yang ingin menyaksikan langsung keseruan tradisi tersebut membawa pulang pengalaman yang mengesankan.
Keempat, momentum ini juga bisa menjadi semangat meneguhkan kembali spirit kolaborasi dalam pelestarian budaya daerah. Upaya pelestarian yang menumbuhkan rasa memiliki, rasa bangga, dan rasa cinta terhadap budaya daerah dan lokal.
Sehingga, anak-anak muda merasa percaya diri mengakui tradisinya, dan bangga ketika berpartisipasi di dalam kegiatan budaya lokalnya. Artinya, generasi muda tidak hanya merasa keren dengan meniru tarian entah dari mana asal usulnya mengikuti tren, tetapi juga merasa keren dengan menghidupkan tarian budaya bangsanya sendiri.[]
***
Reporter: Fatimah Najmus Shofa (FBS)
Editor: @zam*
Share It On: