
www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id., SURABAYA—Satgas PPKPT (Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Perguruan Tinggi) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) berkolaborasi Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menggelar Focus Group Discussion (FGD) Regional Satgas PPKPT Jawa Timur di Rektorat Unesa, Kampus II Lidah Wetan, Kamis, 19 Juni 2025.
Kegiatan ini mengusung tema “Meneguhkan Tata Kelola Kampus Anti Kekerasan: Refleksi Kasus Tantangan Penanganan, dan Strategi Percepatan Pencegahan” yang dihadiri seluruh tim Satgas PPKPT se-Jawa Timur.
Kegiatan dibuka Wakil Rektor Bidang II Unesa, Bachtiar Syaiful Bachri. Ia menuturkan bahwa perkembangan zaman turut memengaruhi sudut pandang terhadap ekspektasi penanganan kekerasan di perguruan tinggi menjadi meningkat pesat.
Menyikapi hal tersebut, Unesa membentuk tim khusus untuk menangani lebih lanjut terkait isu-isu krusial seputar kampus, kesehatan mental, kekerasan, bullying, dan masih banyak lagi.
“Berbagai kekerasan, psikis, dan lain sebagainya harus ditangani dengan cepat, dan tepat demi terwujudnya lingkungan kampus yang inklusif, sehat, dan aman. Menurutnya, seluruh sivitas akademik berhak mendapatkan rasa aman dan aman dalam proses akademik,” ucapnya.
Direktur Pencegahan dan Penanggulangan Isu Strategis (PPIS) Unesa, Mutimmatul Faidah menyampaikan, kegiatan ini bertujuan untuk menciptakan ruang aman dan inklusif di masing-masing universitas. FGD ini sebagai ajang bertukar informasi dan menjaga semangat dalam menciptakan ruang aman bagi mahasiswa dan civitas.
Dalam kesempatan tersebut, ia juga menjelaskan bahwa Satgas PPKPT di bawah Direktorat PPIS memiliki dua elemen penting, yakni Satgas PPKPT dan Subdirektorat Mitigasi Crisis Center (SMCC). Ia berharap kegiatan ini menjadi langkah awal untuk mewujudkan kampus yang sehat, aman, dan berpihak pada kesejahteraan seluruh sivitas akademika.

www.unesa.ac.id
Ketua Satgas PPKPT Unesa, Iman Pasu Purba menyampaikan bahwa tantangan utama dalam penanganan kasus kekerasan terletak pada kondisi psikologis korban yang kerap diliputi berbagai ketakutan dan kekhawatiran. Selain itu, terdapat perbedaan sudut pandang dalam memahami kekerasan seksual, terkait sejauh apa tindakan tersebut dikategorikan sebagai pelanggaran yang fatal.
Maka dari itu, Unesa menghadirkan beberapa program kreatif yang bersifat edukatif dan inovatif, dengan narasi yang disesuaikan dengan karakteristik Gen-Z agar lebih mudah dipahami oleh kalangan mahasiswa. Harapannya, kasus-kasus tersebut diselesaikan dengan baik, dan jumlah tren kasus mengalami penurunan setiap bulannya sebagai indikator keberhasilan dalam upaya penanggulangan kekerasan.
Paling tidak satgas PPKPT punya standar yang sama. Minimal, standar minimum bersama yang mengacu pada Permendikbudristek 55 di 2024 tentang kekerasan di perguruan tinggi.
“Sehingga tidak berbeda-beda kualitasnya, Unesa di sini, UB di sana, seperti itu. Jadi FGD ini menjadi forum komunikasi setelah ini supaya intens, bertukar resource, bertukar pengalaman, ada konsultasinya juga satu sama lain,” tuturnya.
Selain itu, Ketua Satgas PPKPT UNS, Ismi Dwi Astuti menyatakan bahwa pertemuan ini sebagai forum persahabatan sekaligus wadah berbagi pengalaman dalam penanganan kasus kekerasan di kampus. Menurutnya, kekerasan tidak hanya terbatas pada kekerasan seksual, tetapi juga mencakup kekerasan fisik, psikis, dan perundungan.
Hingga kini, terdapat beberapa laporan kekerasan yang diterima tim UNS yang melibatkan pelapor dari kalangan mahasiswa maupun masyarakat luar kampus. Tantangannya memang ketika pelaku berasal dari luar kampus, menyebabkan sulitnya satgas menanggulanginya, karena demikian merupakan di luar otoritas, sehingga mereka hanya dapat menindaklanjuti ke lembaga berwenang.
Selain itu, tantangan terbesar yang dihadapi adalah tarik menarik antara keberpihakan pada korban atau menjaga nama baik institusi, serta menghadapi budaya diam (silent culture) dari para bystander yang sering kali terpengaruh oleh personal branding pelaku. Oleh karena itu, penciptaan kampus yang aman dari kekerasan membutuhkan kebijakan dan prosedur yang jelas, komitmen, dan kesadaran. []
***
Reporter: Medina (FBS)
Editor: @zam*
Foto: Tim Humas Unesa
Share It On: