
www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id. SURABAYA—Di usia yang masih tergolong muda, 28 tahun, Maula Fadhilata Rahmatika resmi menyandang gelar doktor bidang Ilmu Ekonomi di Universitas Brawijaya Malang. Dosen Prodi S-1 Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB), Universitas Negeri Surabaya (Unesa) ini membuktikan bahwa ketekunan, konsistensi, dan semangat belajar bisa melahirkan pencapaian dalam studi.
Perempuan kelahiran Malang tersebut menempuh pendidikan S1, S2, hingga S3 di kampus yang sama tanpa jeda. Keputusan itu lahir dari pesan kedua orang tuanya, yang juga berlatar belakang pendidik, untuk menyelesaikan sekolah terlebih dahulu sebelum menatap dunia kerja.
“Orang tua saya selalu menekankan, selesaikan sekolah dulu supaya ketika bekerja tidak ada lagi tanggungan. Menempuh studi ini juga saya niatkan sebagai bagian dari kewajiban menuntut ilmu dalam Islam, sekaligus bakti kepada orang tua,” ujarnya.
Namun, perjalanan meraih gelar doktor tidak selalu mulus. Tahun pertama menjadi titik terberat ketika sang ayah meninggal dunia. Kesedihan mendalam membuatnya sempat berhenti menulis disertasi selama setahun. “Itu titik terendah saya, tetapi saya sadar, S-3 adalah tanggung jawab yang sudah saya pilih. Dengan dorongan ibu, saya bangkit dan mengingat tujuan awal saya,” ucapnya.
Disertasinya berjudul Analisis Model Pertanian Organik bagi Konsumen dan Produsen berbasis Community Supported Agriculture (CSA) dalam Meningkatkan Kesejahteraan Petani Indonesia.
Topik itu lahir dari kepeduliannya terhadap nasib petani di Indonesia yang kerap terpinggirkan. Terinspirasi cerita rekannya yang studi di Eropa, ia melihat bagaimana petani di sana hidup sejahtera dan dihargai.
“Saya berpikir, kenapa di Indonesia, yang negara agraris, petani masih termarginalkan? Padahal mereka tulang punggung pangan bangsa,” tegasnya.
Melalui konsep CSA, Maula Fadhilata Rahmatika menawarkan model pertanian organik berbasis komunitas yang dapat meningkatkan kesejahteraan petani sekaligus menarik minat generasi muda untuk terjun ke sektor pertanian.
Baginya, riset bukan sekadar syarat akademik, tetapi harus berdampak nyata pada masyarakat. Prinsip itu ia pegang sejak awal, berangkat dari nasihat dosennya agar penelitian tidak egois, melainkan memberi manfaat luas.
Di tengah tekanan studi doktoral, ia menjaga keseimbangan hidup dengan yoga, meditasi, dan doa. Baginya, disiplin, keterbukaan pikiran, serta konsistensi adalah kunci bertahan di jalur akademik. “S-3 itu lebih banyak melawan diri sendiri. Jangan takut mencoba hal baru, karena banyak hal lahir dari pikiran yang terbuka,” katanya.
Kini, sebagai dosen muda FEB Unesa, ia berkomitmen menyalurkan ilmu sekaligus mendorong kolega untuk melanjutkan studi lanjut. “Semakin banyak dosen berkualitas, semakin besar manfaat yang bisa diberikan dan dirasakan mahasiswa,” pungkasnya.[]
***
Reporter: Ja’far (FIP)
Editor: @zam*
Foto: Dok Maula Fadhilata Rahmatika
Share It On: