
www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id., SURABAYA—Peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) setiap 20 Mei bukan sekadar mengenang sejarah. Namun sebagai detak jantung perjuangan yang kembali bergemuruh, meneguhkan semangat untuk bangkit dan berkontribusi melalui karya dan gagasan.
Harkitnas yang tahun ini mengusung tema ‘Bangkit Bersama Wujudkan Indonesia Kuat’ merujuk pada kelahiran organisasi Budi Utomo pada tahun 1908, sebuah tonggak penting yang menandai perjuangan bangsa berbasis ‘gerakan intelektual.’
Para pendiri Boedi Utomo didominasi kaum terpelajar muda pada masanya, yang saat itu menyadari bahwa penjajahan tidak hanya bisa dilawan dengan senjata, tetapi juga melalui pengetahuan, gagasan, dan gerakan.
Menurut dosen Prodi S-1 Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol), Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Rojil Nugroho Bayu Aji, spirit perjuangan itulah yang harus dipahami dan dihayati generasi muda bangsa sekarang dalam memperkuat kontribusi melalui karya dan gagasan.
Menurutnya, arena pertempuran sudah berubah, tidak lagi tentang penjajah dan angkat senjata, tetapi tentang korupsi, melawan hoaks, disinformasi, kesenjangan, pengangguran, kerusakan lingkungan, dan lain-lain.
Generasi muda merupakan arsitek masa depan bangsa, di tangan dan pikiran merekalah proyeksi, desain, dan nasib bangsa ini ke depan digantungkan. Generasi muda menjadi generasi dominan, punya idealisme, akses informasi melimpah, dan teknologi ada di ujung jari.
Ini modal raksasa untuk menjadi agen perubahan. Namun, potensi ini tak akan berarti tanpa tindakan. Harkitnas ini menjadi ‘bisikan’ bahwa perjuangan bukan hanya milik pahlawan masa lalu, melainkan warisan semangat yang harus terus diperjuangkan.
“Idealisme dan daya kritis anak-anak muda merupakan modal penting sebagai agen perubahan atau agen berdampak dalam meneguhkan perjuangan melawan korupsi misalnya,” ucapnya.
Menanggapi generasi muda yang tak acuh dengan permasalahan yang terjadi di Indonesia, ia menekankan perlunya langkah persuasif dan massif kepada anak muda dengan cara kekinian yang bisa diterima oleh mereka.
Menurut Rojil, dengan memberikan pemahaman melalui media yang bisa dipahami kalangan muda, peringatan Harkitnas tidak kehilangan maknanya.
“Memang butuh perjuangan untuk memberikan pemahaman kepada mereka. Jangan sampai mereka kehilangan semangat kebangkitan, semangat untuk maju dan menjadi lebih baik,” ucapnya.
Semangat kebangkitan adalah semangat untuk maju, bersatu dan menjadi lebih baik. Ini dapat menginspirasi anak muda untuk memiliki mimpi besar dan berjuang untuk mewujudkannya demi kemajuan bangsa. ][
***
Reporter: Fatimah Najmus Shofa (FBS)
Editor: @zam*
Foto: Tim Humas Unesa
Share It On: