
www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id. SURABAYA—Fitri Rabi’ati, lulusan Prodi D4 Tata Busana berhasil mencatatkan namanya sebagai wisudawan terbaik Fakultas Vokasi (FV), Universitas Negeri Surabaya (Unesa) pada gelaran wisuda ke-114, awal Juli 2025. Ia lulus dengan IPK 3,93 dengan predikat pujian.
Perempuan asal Kota Pahlawan itu menceritakan perjalanannya memilih prodi Tata Busana bukan keputusan secara tiba-tiba. Ia memiliki latar belakang pendidikan SMK di bidang yang sama sehingga mantap melanjutkan studi jenjang S-1 dengan pilihan prodi yang relevan.
“Saya suka dunia busana karena di situ saya bisa mewujudkan ide menjadi karya nyata,” ujarnya mengenai ketertarikan di dunia tata busana.
Fitri, demikian nama sapaannya, menyelesaikan tugas akhir dengan sebuah inovasi. Ia menciptakan hanbok atau pakaian khas Korea modern berbahan batik dengan motif khas nusantara yang dirancang sendiri. Ia mengaku terinspirasi dari Changdeokgung Palace, salah satu istana bersejarah di Korea Selatan.
Hebatnya, motif yang dibuat itu langsung di Solo. Ia menggabungkan estetika budaya Korea dan kekayaan motif tradisional Indonesia. Melalui karya itu, Fitri ingin menyampaikan bahwa batik tidak harus terpaku pada motif klasik, tetapi bisa lebih luas, bahkan lintas budaya.
Ia tak menampik bahwa fenomena Korean Wave yang menyebar luas di kalangan Gen Z menjadi latar belakang pemilihan konsep tersebut. Fitri berharap karyanya dapat menjadi jembatan agar batik semakin dikenal di dunia internasional melalui pendekatan budaya populer yang kontekstual dan relevan.

www.unesa.ac.id
Menyusun tugas akhir, bagi Fitri bukan hal yang mudah. Ia menghadapi berbagai tantangan. Sebab, di saat pengerjaan batik di Solo, ia juga harus menjalani magang industri di Sidoarjo, menyelesaikan artikel internasional, dan mempersiapkan gelar cipta busana.
“Dua bulan terakhir kuliah, menjadi masa paling sibuk. Saya harus pulang pergi Solo-Sidoarjo-Surabaya, menjahit, menulis, dan presentasi,” terangnya.
Namun, perjuangan tersebut terbayarkan sudah. Ia berhasil menyelesaikan seluruh mata kuliah dalam tujuh semester, dan tidak menambah semester berikutnya. Saat menunggu wisuda pun, ia sudah bekerja di industri fashion lokal sembari mempersiapkan studi lanjut.
“Dulu, tak pernah berpikir untuk lanjut kuliah, tetapi sekarang saya punya ambisi untuk kuliah di luar negeri dengan beasiswa,” katanya penuh semangat.
Tidak seperti mahasiswa lain yang mencatat setiap tugas secara rinci, dalam hal kuliah, Fitri justru lebih mengandalkan ingatan dan insting prioritas dalam menyelesaikan setiap pekerjaan.
Ia tidak membuat jadwal tertulis, namun sudah mengetahui mana tugas yang paling mendesak dan membutuhkan waktu pengerjaan lebih lama. “Kalau tugas praktik seperti menjahit, pasti saya dahulukan karena prosesnya panjang,” imbuhnya.
Khusus bagi mahasiswa vokasi yang lebih banyak berkutat pada praktik daripada teori, Fitri menegaskan bahwa kunci utama terletak pada fokus terhadap praktik, keberanian mengeksplorasi ide baru, dan konsisten dalam menghasilkan karya berkualitas.
“Kalau tidak terlalu unggul di teori, maksimalkan di praktik. Pelajari yang bisa dipelajari. Saya selalu menjadikan setiap proyek sebagai peluang untuk menunjukkan ciri khas dan kreativitas kita,” ucapnya. []
***
Reporter: Moch Ja’far Sodiq (FIP)
Editor: Basyir Aidi, dan @zam*
Foto: dokumentasi Fitri Rabi’ati
Share It On: