
www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id., SURABAYA—Labschool Universitas Negeri Surabaya (Unesa) menyelenggarakan pelatihan dan pendampingan intensif bagi para guru dari jenjang TK hingga SMK di Rektorat Unesa, Kampus 2 Lidah Wetan, pada Rabu, 25 Juni 2025. Pelatihan ini tentang penguasaan Coding dan Artificial Intelligence (AI).
Direktur Lembaga Labschool Unesa, Sujarwanto menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi bentuk konkret dari komitmen lembaga dalam meningkatkan kualitas pengajaran berbasis teknologi di kalangan pendidik.
Selain itu pelatihan ini ditujukan sebagai bentuk komitmen dalam menyiapkan para guru agar lebih siap mengajarkan teknologi kepada siswa di semua jenjang.
"Hari ini guru-guru kita latih terkait coding dan artificial intelligence, karena dua hal ini sudah menjadi kebutuhan masa kini, dan merupakan kebijakan nasional yang harus diterapkan mulai jenjang SD," ujarnya.
Guru besar Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Unesa itu juga menjelaskan bahwa guru TK, SD, hingga SMA/SMK yang hadir masih berada dalam tahap penyamaan persepsi terkait pemahaman dasar mengenai Coding dan AI.
Ke depan, akan ada pelatihan lanjutan yang menyasar guru-guru di bidang studi yang lebih spesifik.
Dengan infrastruktur teknologi yang telah tersedia di Labschool, seperti jaringan dan perangkat komputer yang memadai, pihaknya optimis seluruh jenjang dapat mulai menerapkan materi coding dan AI pada awal Juli 2025.
“Pelatihan ini diharapkan mampu membantu siswa tidak hanya memahami teori, tetapi juga memanfaatkannya untuk memecahkan masalah nyata. Misalnya, siswa bisa membuat proyek perubahan iklim, menyusun langkah-langkah konkret, dan menganalisis dampaknya dengan pendekatan komputasional,” tambahnya.
Materi pertama dalam pelatihan disampaikan Harmon Prayogi, dosen Prodi S-1 Kecerdasan Artifisial Unesa. Ia membahas konsep berpikir komputasional yang mencakup empat pilar utama yang terdiri dari decomposition, pattern recognition, abstraction, dan algorithms.
Materi tersebut tidak hanya difokuskan pada penggunaan komputer (plugged), tetapi juga bisa dilakukan dengan pendekatan sederhana tanpa komputer (unplugged), seperti menggunakan kertas dan kartu. Tujuannya adalah membekali guru dan siswa agar mampu menyelesaikan masalah secara logis, efisien, dan sistematis.

www.unesa.ac.id
Selanjutnya, Riskyana Dewi Intan Puspitasari, juga dosen Prodi S-1 Kecerdasan Artifisial Unesa, menyampaikan materi tentang pemanfaatan kecerdasan artifisial generatif untuk pembelajaran. Dalam sesi ini, peserta dikenalkan dengan berbagai tools berbasis AI seperti ChatGPT, Gemini, Notion, Canva, dan Gamma AI.
Lebih lanjut ia menekankan pentingnya guru memanfaatkan AI untuk mensupport pembelajaran seperti sebagai alat bantu untuk menyusun RPP, materi ajar, video pembelajaran, hingga eksperimen virtual yang interaktif.
Menurut Riskyana, guru tetap harus melakukan evaluasi terhadap hasil kerja AI dan memastikan kesesuaian konten dengan kebutuhan pembelajaran.
“AI tidak menggantikan guru, tetapi memperkaya proses belajar dan mendorong guru untuk lebih berpikir kritis dan etis,” jelasnya.
Materi terakhir disampaikan oleh Ike Fitriyaningsih, yang juga merupakan dosen di Prodi S1 Kecerdasan Artifisial. Ia membawakan sesi tentang praktik membuat konten pembelajaran dengan bantuan AI generatif.
Guru dilatih menyusun kuis otomatis dengan menggunakan ChatGPT, Questionwell, dan Quizizz. Ike menekankan pentingnya penyusunan prompt yang efektif agar hasilnya akurat, relevan, dan bebas bias.
Selain membuat kuis, para guru juga dikenalkan pada pembuatan media visual dan presentasi otomatis menggunakan ChatGPT, Napkin.ai, dan Gamma. Napkin.ai digunakan untuk memetakan konsep secara dinamis, sementara Gamma memudahkan guru menyusun bahan presentasi berdasarkan input konten dari AI. []
***
Reporter: Puput Saputra (FBS)
Editor: @zam*
Foto: Tim Humas Unesa
Share It On: