
Foto: Dok photoroyalty/Freepik.com
Unesa.ac.id. SURABAYA—Hari Anak Nasional (HAN) semarak diperingati pada Rabu, 23 Juli 2025. Tahun ini, pemerintah melalui Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) mengusung tema "Anak Hebat, Indonesia Kuat Menuju Indonesia Emas 2045.”
Tema tersebut merepresentasikan spirit dan profil generasi bangsa sebagai penopang dan kunci tercapainya visi Indonesia Emas 2045. Visi yang patut diupayakan bersama seluruh pihak sebagai kado 100 tahun kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Guru besar Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan (FIKK) Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Prof. Dr. Nanik Indahwati, S.Pd., M.Or. mengingatkan bahwa ada beberapa tantangan dalam menyiapkan anak sebagai generasi hebat untuk Indonesia Emas 2045.
Tantangan yang perlu menjadi perhatian bersama seluruh pemangku kepentingan, yaitu terkait kondisi perkembangan motorik anak yang disebabkan kurang olahraga, kurang aktivitas fisik, yang diperparah dengan paparan screen time yang berlebihan.
Ia dan tim melakukan penelitian dampak screen time terhadap perkembangan motorik anak yang menyasar 355 siswa SMP di Surabaya berusia antara 12-15 tahun pada 2024. Poin penting dari riset ini untuk memberikan penguatan aktivitas fisik pada anak, tidak terdistorsi oleh penggunaan gawai yang berlebihan.
“Olahraga dan aktivitas fisik memang tidak menyelesaikan langsung terhadap semua masalah pada anak, tetapi berkontribusi secara signifikan terhadap perkembangan mereka, baik dari aspek kognitif-intelektual maupun kesehatan fisik anak,” ucapnya.
Dominan di Malam Hari
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, durasi screen time anak-anak menggunakan waktu secara bervariasi, dari yang hanya I jam per hari sampai 20 jam per hari. Jika dirata-rata, peserta didik menghabiskan waktu 5,9 jam per hari.
Jika angka tersebut dikalikan 7 hari dalam seminggu, maka dalam seminggu anak menggunakan waktu mengakses gawai selama 41,3 jam/minggu. Uniknya, dari aspek jenis kelamin, screen time peserta didik perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik laki-laki. Artinya, peserta didik perempuan lebih banyak menggunakan waktu untuk mengakses gawai daripada peserta didik laki laki.

www.unesa.ac.id
Akses terhadap gawai sebagian besar (70,7%) dilakukan pada malam hari, selebihnya pada sore hari (21,1%), pada siang hari (7.3%), dan pada pagi hari (0.8%). Ada indikasi kuat bahwa malam hari merupakan waktu favorit dalam paling nyaman bagi anak dalam menggunakan gawai.
Terkait dengan waktu penggunaan gawai tersebut, sebanyak 91,5% menggunakan gawai untuk bermedia sosial dan bermain games. Hanya 8,5% yang menggunakannya untuk kepentingan belajar dan bekerja.
Pendekatan dan Solusi
Dari hasil analisis yang dilakukan, penelitian tersebut mengungkapkan bahwa penggunaan gawai terbukti berdampak negatif terhadap kemampuan motorik anak. Semakin tinggi durasi penggunaan gawai, maka semakin rendah kemampuan motorik mereka. Anggota tubuh yang paling terdampak adalah ekstremitas bawah, dalam hal ini adalah kekuatan kaki.
Untuk itu, Nanik Indahwati menyarankan beberapa upaya. Pertama, keterlibatan orang tua sebagai pengontrol screen time anak agar tidak berlebihan dan berdampak buruk bagi perkembangan mereka. Kerja sama antara pihak sekolah dan orang tua diperlukan untuk mencari formula penanganan yang tepat.
Kedua, nyaris seluruh durasi akses terhadap gawai digunakan oleh anak untuk bermedia sosial dan games. Karena itu, edukasi kepada mereka perlu dilakukan, dan mengajak mereka aktif beraktivitas fisik juga harus dilakukan. Ketiga, guru pendidikan jasmani perlu memberikan edukasi terkait dampak penggunaan screen time kepada peserta didik dan memberikan intervensi berupa tugas gerak yang relevan, baik di sekolah maupun di rumah.[]
***
Reporter: Medina Azzahra (FBS)
Editor: @zam*
Sumber: Disari dari paper ilmiah yang disampaikan Prof. Dr. Nanik Indahwati, S.Pd., M.Or. dalam pidato pengukuhan sebagai guru besar bidang belajar motorik Unesa tahun 2024.
Share It On: