
www.unesa.ac.id
Unesa.ac.id. SURABAYA—Di balik toga wisuda dan gelar sarjana hukum yang disandangnya, Christine Divia Anastasia menyimpan perjalanan panjang penuh dedikasi dan konsistensi. Perempuan kelahiran Blora, 4 September 2003 itu resmi dinobatkan sebagai wisudawan terbaik Fakultas Hukum (FH) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) dengan IPK 3,80 dan predikat pujian, pada gelaran wisuda ke-114 Unesa, awal Juli 2025.
Namun bagi Christine, capaian itu bukan semata angka. “Ini bukan tentang skor, tetapi tentang bagaimana saya bertumbuh, beradaptasi, dan percaya pada setiap proses,” ujar peraih predikat 2nd Most Outstanding Student Faculty of Law UNESA 2024 itu. Ia meyakini bahwa perjalanan akademik yang berkualitas dibangun dari upaya maksimal, bukan kesempurnaan.
Putri dari Tony Falcon dan mendiang Dina Amaryuni ini menulis skripsi berjudul "Ratio Decidendi Putusan Mahkamah Agung Nomor 420 PK/Pdt/2017 mengenai Objek Fidusia yang dijadikan Objek Rampasan Negara." Melalui riset itu, ia tidak hanya memperdalam teori hukum, tetapi juga memahami dinamika praktik hukum yang nyata.
“Dari skripsi ini aku jadi tahu bagaimana membela kreditor dan menyusun perjanjian fidusia,” tuturnya.
Semasa kuliah, Christine tak hanya fokus di ruang kelas. Ia aktif dalam berbagai organisasi dan kompetisi hukum tingkat nasional. Baginya, setiap aktivitas harus sejalan dengan tujuan jangka panjang, bukan sekadar rutinitas pengisi waktu.
“Saya selalu memilih kegiatan yang relevan dengan jalur karier. Itu cara terbaik mengembangkan skill dan membangun portofolio,” tukasnya.
Rekam jejak prestasinya pun impresif. Christine berhasil meraih posisi ke-7 dalam Legal Opinion Competition oleh MNP Law Firm (2024), posisi ke-4 dalam Justicia Business Week oleh Universitas Gadjah Mada (2023), dan menjadi finalis ke-5 dalam National Legal Business Essay oleh Universitas Sebelas Maret (2022).

www.unesa.ac.id
Ia juga pernah mewakili Unesa dalam Intiland Youth Panel dan LCOY East Borneo pada 2024. Saat ini, Christine mengawali karier profesionalnya sebagai Legal Admin di PT Hastari Jaya Sentosa (Hastari Corp).
Dalam waktu singkat, ia telah mengelola lebih dari 25 dokumen hukum penting—dari adendum, MoU, hingga perjanjian kerja—dengan sistem manajemen file digital yang rapi dan efisien. Ia juga menyusun dokumen legal seperti NDA dan Pakta Integritas, serta meninjau kontrak untuk menilai potensi risiko hukum. “Untungnya, saya kerja di lingkungan yang suportif,” ungkapnya dengan nada syukur.
Pengalaman magangnya pun memperkaya wawasan hukumnya. Di Potu and Partners Law Firm, Christine terlibat langsung dalam penyusunan opini hukum, surat somasi, dan surat kuasa. Ia juga terbiasa mendokumentasikan kasus secara sistematis dan mendukung jalannya pertemuan dengan klien.
Sementara di KJD Law Firm, ia mendalami analisis kontrak dan mitigasi risiko sengketa. Tak kalah penting, pengalamannya di LBH Wira Negara Akbar menempanya dalam dinamika persidangan dan pendampingan hukum langsung di Pengadilan Negeri Surabaya.
Meski dikenal cerdas, perjalanan Christine tidak selalu mulus. Ia mengaku pernah merasa minder saat berkompetisi dengan mahasiswa dari kampus-kampus besar. “Kadang kena starstruck sih lihat nama kampus lawannya,” akunya jujur. Namun seiring waktu, ia belajar mengenal kekuatan dirinya. “Aku belajar untuk fake it till I make it,” ucapnya, tersenyum. []
***
Reporter: Prismacintya (FBS)
Editor: Basyir Aidi, dan @zam*
Foto: Dok Christine Divia Anastasia
Share It On: