
Labschool Unesa sharing best practice penerapan pendidikan inklusi bersama pakar pendidikan inklusi dari Thailand, guna memperkuat ekosistem pendidikan inklusi di Labschool Unesa.
Unesa.ac.id., SURABAYA—Dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) atau bulan pendidikan sekaligus menyambut Dies Natalis ke-61 Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Labschool Unesa menggelar Teacher Training Program pada Rabu, 21 Mei 2025, di Gedung Rektorat, Kampus 2 Lidah Wetan.
Direktur Lembaga Labschool Unesa, Sujarwanto, menjelaskan bahwa pelatihan ini digelar sebagai bentuk komitmen lembaga pendidikan dalam meningkatkan layanan terhadap siswa penyandang disabilitas.
Guru besar manajemen pendidikan khusus itu menyebut bahwa Labschool Unesa memiliki sejumlah peserta didik dengan berbagai kondisi disabilitas, seperti anak dengan perkembangan lambat (slow learner), hingga autis.
“Kami ingin memastikan bahwa setiap anak mendapatkan layanan yang tepat sesuai dengan potensi dan kebutuhannya. Tujuan kami adalah membangun lingkungan belajar yang inklusif, tidak hanya dari sisi fasilitas, tapi juga pendekatan pembelajaran,” jelas Sujarwanto.

www.unesa.ac.id
Dalam kegiatan ini, Labschool Unesa menghadirkan dua pakar pendidikan inklusi dari Khon Kaen University, Thailand, yakni Pennee Narot dan Narong Kiettikunwong. Keduanya berbagi praktik baik dalam implementasi pendidikan inklusif berdasarkan pengalaman mereka di Thailand.
Pennee Narot menekankan bahwa pendidikan inklusif merupakan gerakan internasional yang bertujuan memberikan hak belajar yang sama bagi siswa dengan dan tanpa disabilitas.
Namun dalam prakteknya, ia mengakui bahwa masih banyak tantangan yang dihadapi di lapangan, salah satunya keterbatasan fasilitas serta kurangnya pemahaman guru terhadap kebutuhan khusus peserta didik.
Sementara itu, Narong menyoroti pentingnya keterlibatan komunitas sekolah, termasuk tenaga pendidik, orang tua, dan masyarakat, dalam mendukung siswa dengan disabilitas.
“Komitmen bersama sangat penting agar proses pendidikan dapat memberikan dampak positif, tidak hanya bagi siswa disabilitas, tetapi juga bagi siswa lainnya,” jelasnya.

www.unesa.ac.id
Ia juga menegaskan pentingnya aksesibilitas fisik dalam mendukung kenyamanan belajar, seperti desain bangunan yang ramah kursi roda, toilet khusus, pencahayaan yang memadai untuk siswa dengan gangguan penglihatan, hingga sistem informasi yang dapat diakses oleh semua anak.
Selain itu, keterlibatan orang tua dalam merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi program pendidikan juga menjadi faktor penting. Menurutnya, orang tua perlu diajak menjadi mitra agar perkembangan anak dapat terpantau secara menyeluruh dan sesuai dengan potensi yang dimiliki.
Melalui program pelatihan ini, Direktur Labschool Unesa berharap dapat mengembangkan sistem layanan pendidikan yang lebih inklusif dan adaptif, khususnya dalam menjawab kebutuhan anak-anak dengan disabilitas di tingkat TK, SD, SMP, dan SMA. ][
***
Reporter: Saputra (FBS)
Editor: @zam*
Foto: Tim Humas Unesa
Share It On: